Pada 16 Oktober 2025, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui Ketua Umumnya, Erick Thohir, mengumumkan secara resmi bahwa kerja sama antara PSSI dan pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, telah diakhiri melalui mekanisme mutual termination.
Pengumuman ini menandai berakhirnya masa bakti Kluivert dan tim kepelatihannya yang semula direncanakan selama dua tahun, tetapi tidak sampai genap berjalan setahun sejak penunjukannya di awal 2025.
Keputusan ini datang setelah kekecewaan besar: Timnas Indonesia gagal lolos dari babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, menyudahi ambisi Garuda untuk kembali ke panggung Piala Dunia.
Latar Belakang Penunjukan Patrick Kluivert
Untuk memahami konteks perpisahan ini, penting untuk melihat kembali sejarah penunjukan dan target yang dibebankan kepada Kluivert.
- Pada 8 Januari 2025, PSSI mengumumkan bahwa Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia menggantikan Shin Tae-yong. Kontraknya dirancang untuk berjalan hingga tahun 2027, dengan opsi perpanjangan.
- Saat pengumuman, Erick Thohir menyebut bahwa sosok kepemimpinan baru, komunikasi yang baik, dan strategi yang jelas menjadi kriteria dalam memilih Kluivert sebagai pemimpin baru sepak bola nasional.
- Selepas penunjukan, Timnas Indonesia membawa pengaruh gaya Belanda (Oranje), termasuk kehadiran pelatih asal Belanda seperti Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten, serta peran konsultan teknis dari Jordi Cruyff.
- Harapannya besar: membawa Indonesia ke Piala Dunia, memperkuat struktur pembinaan, dan menaikkan level kompetisi Timnas agar lebih kompetitif di Asia.
Namun, perjalanan itu tidak mulus. Meski sempat mencatat capaian bersejarah — yaitu mencapai putaran keempat kualifikasi Piala Dunia Asia — hasil akhir yang diharapkan tidak tercapai.
Rangkaian Kegagalan & Pemicu Perpisahan
Hasil-hasil Krusial yang Menjadi Titik Balik
Beberapa pertandingan kualifikasi menjadi sorotan tajam:
- Kekalahan melawan Arab Saudi
Dalam laga kualifikasi, Indonesia menelan kekalahan 2–3 dari Arab Saudi. Meski terdapat penalti, hasil akhir tetap mengecewakan. - Kekalahan dari Irak yang memupus harapan
Dalam pertandingan yang disebut sebagai penentu, Indonesia kalah 0–1 dari Irak. Hasil itu memastikan Tim Garuda tidak lolos ke babak berikutnya dalam kualifikasi Piala Dunia. - Kekalahan lainnya & rapor hasil yang kurang memuaskan
Sepanjang masa kepelatihan Kluivert, banyak pihak mencatat bahwa kemenangan sulit diraih secara konsisten. Media menyebut bahwa dari delapan pertandingan di kualifikasi, Indonesia hanya berhasil meraih tiga kemenangan.
Kegagalan tersebut memunculkan tekanan besar dari publik, media, dan internal PSSI sendiri. Rumor dan kritik terhadap keputusan mengontrak pelatih asing juga makin ramai terdengar, terutama di negara asalnya, Belanda.
Dinamika Internal & Strategi Pengembangan
Dalam pengumuman resminya, PSSI menyebut bahwa pemutusan hubungan kerja dilakukan tidak hanya karena hasil kompetitif, melainkan mempertimbangkan “dinamika internal dan arah strategis pembinaan Timnas.”
Beberapa faktor internal yang kemungkinan ikut menjadi pertimbangan:
- Perbedaan visi & strategi jangka panjang
Meskipun gaya Belanda dipilih untuk meningkatkan kualitas teknis dan taktis, mungkin visi jangka panjang antara Kluivert dan PSSI tidak sepenuhnya sinkron. - Ekspektasi publik & tekanan media
Publik sangat berharap timnas bisa kembali ke panggung dunia. Kegagalan ini memicu kritik tajam yang menambah beban kerja untuk evaluasi. - Staf pendukung & kerangka pembinaan
Keberhasilan pelatih sangat bergantung pada kualitas staf, komunikasi, sumber daya, dan pembinaan pemain muda. Jika semua elemen tidak bekerja sinergis, hasil bisa jadi kurang maksimal.
Pernyataan & Ungkapan Terima Kasih dari Erick Thohir
Dalam pernyataan resmi, Erick Thohir menyampaikan beberapa poin penting:
- “Terima kasih atas kontribusi yang sudah diberikan Coach Patrick Kluivert dan tim kepelatihan selama hampir 12 bulan untuk PSSI dan Timnas Indonesia.”
- Ia menegaskan bahwa keputusan ini dibuat dengan rasa hormat dan melalui diskusi terbuka antara kedua pihak.
- Erick juga menyampaikan penghargaan kepada pemain, ofisial, suporter, dan keluarga yang mendukung perjalanan timnas.
- Dalam catatan, Erick menegaskan bahwa PSSI akan melakukan evaluasi menyeluruh dan menetapkan target baru seperti menembus peringkat 100 FIFA, tampil di Piala Asia 2027, dan mencaplok tiket ke Piala Dunia 2030.

Langkah ini mencerminkan bahwa keputusan bukan semata-mata pemecatan di tingkat emosional, melainkan bagian dari sebuah usaha merestrukturisasi dan memperjelas arah sepak bola nasional Indonesia.
Reaksi Publik & Media Internasional
Reaksi dari Publik & Media Indonesia
Pengumuman tersebut memunculkan beragam reaksi:
- Ada yang menyampaikan apresiasi atas usaha Kluivert dan timnya, terutama untuk kemajuan yang sempat ditorehkan.
- Namun tidak sedikit juga yang menyoroti bahwa pencapaian yang dibilang “bersejarah” belum cukup untuk mempertahankan posisi.
- Di media lokal, berita ini mendapat tajuk besar dan menjadi sorotan nasional.
Media Belanda & Mancanegara
Keputusan ini juga langsung mengundang perhatian media Belanda. Beberapa headline menyebut bahwa pemecatan ini menjadi berita besar di Belanda, mengingat latar belakang Kluivert sebagai legenda sepak bola Belanda.
Reuters sendiri melaporkan bahwa keputusan ini diambil sebagai kesepakatan bersama dan menyebut bahwa masa kepelatihan Kluivert berlangsung selama hampir satu tahun sebelum diakhiri.
Evaluasi Kinerja: Apa yang Dihasilkan & Apa yang Kurang?
Dalam hampir satu tahun masa tugasnya, berikut catatan penting dari kepemimpinan Kluivert:
Kekuatan / Pencapaian
- Indonesia berhasil menembus putaran keempat kualifikasi Piala Dunia Asia — capaian terbaik historis timnas sejak kemerdekaan.
- Peningkatan gaya bermain yang lebih ofensif dipromosikan, pengaruh teknik Belanda diterapkan dalam skema timnas.
- Penunjukan pemain-pemain muda dan penggunaan talenta diaspora Belanda menjadi keputusan strategis yang mendapat perhatian.
Kelemahan / Kekurangan
- Konsistensi hasil buruk dalam pertandingan krusial, termasuk kekalahan beruntun di fase akhir kualifikasi.
- Tidak mampu mempertahankan momentum dan menuntaskan target lolos ke Piala Dunia.
- Terdapat gesekan antara harapan publik dan realitas performa tim.
- Mungkin kurang adaptasi strategi terhadap kompetisi Asia di level tinggi, dan tantangan dalam mengelola ekspektasi jangka pendek.
Dengan demikian, meskipun usaha dan perubahan telah dicoba, hasil akhir tidak sesuai target, mengharuskan PSSI untuk mengambil langkah tegas.
Arah Baru & Tantangan PSSI Ke Depan
Setelah resmi berpisah, PSSI kini menghadapi sejumlah tantangan utama:
- Mencari pengganti yang tepat
PSSI harus mencari pelatih yang tidak hanya memiliki kredibilitas, tapi juga pemahaman terhadap kultur sepak bola Indonesia, kemampuan adaptasi, dan visi jangka panjang. - Menetapkan visi & strategi pembinaan yang konsisten
Pemutusan hubungan ini bisa menjadi momentum untuk menata ulang program pembinaan usia muda, kompetisi domestik, dan sinkronisasi antara klub & tim nasional. - Target ambisius yang realistis
Erick Thohir telah menyebut target seperti top 100 FIFA, Piala Asia 2027, dan Piala Dunia 2030 — namun untuk mencapainya diperlukan fondasi yang kuat, program jangka panjang, dan konsistensi dalam prestasi. - Menjaga kepercayaan publik & suporter
Reaksi terhadap keputusan ini sangat mungkin memengaruhi kepercayaan suporter. PSSI perlu menjaga komunikasi yang transparan dan membangun kepercayaan kembali. - Mengelola sumber daya & infrastruktur
Pemain, staf, fasilitas, dana — semua harus diselaraskan agar visi baru bisa dijalankan dengan dukungan nyata.
Penutup & Catatan Akhir
Perpisahan antara PSSI / Erick Thohir dan Patrick Kluivert bukanlah hal yang “sepele”. Di balik keputusan mutual termination tersebut tersimpan banyak dinamika: dari target yang tak tercapai, tekanan publik, hingga kebutuhan menata ulang arah sepak bola nasional.
Kluivert datang dengan harapan besar, tetapi tidak semulus bermain live casino online yang terus membawa kemenangan dan filosofi baru, namun harapan Kluivert tak berjalan sesuai ekspektasi, keputusan berpisah menjadi langkah tak terhindarkan.
Ke depan, penerus posisi ini akan menghadapi tugas berat: mengembalikan prestasi, memperkuat pembinaan, serta membawa Indonesia ke panggung Asia dan dunia.