Posted in

Israel Akan Deportasi Aktivis dari Gaza Sumud Flotilla Termasuk Greta Thunberg

Berikut adalah penulisan ulang artikel tersebut dalam bahasa Indonesia yang lebih natural, panjang, dan SEO-friendly:

**Konflik di Gaza: Israel Menyerbu Flotilla Bantuan Internasional, Memicu Kecaman Global**

**Gaza, 2 Oktober 2025** – Ketegangan di wilayah Gaza semakin memanas setelah pasukan militer Israel menaiki dan menguasai sejumlah kapal yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla, sebuah armada bantuan internasional yang berupaya menembus blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Aksi intersepsi ini, yang dianggap sebagai salah satu operasi bantuan laut terbesar dalam sejarah, menarik perhatian dunia dan memicu gelombang kecaman internasional.

**Lebih dari 40 Kapal, 500 Aktivis Terlibat**

Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari lebih dari 40 kapal sipil dan melibatkan sekitar 500 aktivis dari berbagai negara, memulai perjalanan mereka pada akhir Agustus 2025 dari pelabuhan-pelabuhan di Spanyol dan Italia. Armada ini kemudian melakukan perjalanan melalui Yunani dan Tunisia, dengan tujuan mencapai Gaza. Pada Rabu malam, 1 Oktober 2025, armada tersebut dicegat sekitar 130 kilometer dari pantai Gaza. Komunikasi dengan kapal-kapal tersebut diputus, dan sinyal-sinyal dijamming untuk mengganggu upaya koordinasi.

Menurut penyelenggara flotilla, setidaknya 13 kapal berhasil dihentikan, membawa 201 orang dari 37 negara yang berbeda. Data menunjukkan bahwa 30 peserta berasal dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia. Saif Abukeshek, juru bicara Global Sumud Flotilla, menegaskan bahwa meskipun membawa bantuan simbolis, misi ini bertujuan untuk membuka koridor maritim yang aman ke Gaza, wilayah yang menderita krisis kemanusiaan yang akut akibat perang Israel yang berkepanjangan.

**Respons Israel dan Penahanan Aktivis**

Otoritas Israel sebelumnya telah mengisyaratkan akan mengambil tindakan tegas untuk mencegah armada tersebut menembus blokade laut yang mereka klaim sah. Namun, klaim tersebut bertentangan dengan hukum internasional. Kementerian Luar Negeri Israel merilis video yang menunjukkan seorang perempuan berseragam militer memperingatkan armada untuk tidak mendekati zona terblokade, menekankan bahwa bantuan hanya boleh disalurkan melalui jalur resmi.

Setelah kejadian, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyatakan bahwa para aktivis akan dideportasi setelah perayaan Yom Kippur selesai. Berita dari Doha melaporkan bahwa reporter Al Jazeera, Nida Ibrahim, mengonfirmasi bahwa tentara Israel telah menaiki kapal dan menahan sejumlah aktivis di dalamnya. Video yang dipublikasikan oleh Kementerian Luar Negeri Israel juga menampilkan Greta Thunberg, aktivis iklim terkenal, duduk di dek kapal bersama tentara. Kementerian tersebut mengklaim bahwa Greta dan teman-temannya aman dan sehat.

**Rekam Jejak Intersepsi Flotilla: Pengulangan Sejarah**

Insiden ini bukanlah yang pertama kalinya upaya bantuan laut ke Gaza dicegat oleh Israel. Pada tahun 2010, serangan terhadap kapal Mavi Marmara menewaskan 10 aktivis Turki, memicu kemarahan global dan merusak hubungan Israel-Turki. Beberapa tahun berikutnya, flotilla yang lebih kecil pada tahun 2011, 2015, dan 2018 juga mengalami nasib serupa, dengan para aktivis ditahan dan kargo disita. Bahkan pada tahun 2018, beberapa peserta melaporkan mengalami kekerasan fisik, termasuk ditaser dan dipukuli.

Upaya untuk menembus blokade Gaza juga gagal pada Juni 2025 ketika kapal Madleen, yang berangkat dari Sisilia dengan membawa bantuan termasuk susu formula bayi, dicegat Israel di perairan internasional. Kapal tersebut disita, dan 12 aktivis, termasuk Greta Thunberg, dideportasi setelah ditahan.

**Kecaman Internasional dan Reaksi Politik**

Aksi intersepsi ini memicu gelombang kecaman dari berbagai negara. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengutuk “intimidasi dan paksaan” Israel terhadap kapal yang membawa “warga sipil tak bersenjata dan bantuan kemanusiaan.” Setidaknya 12 warga Malaysia berada di kapal yang dicegat. Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Harris, menyebut flotilla sebagai “misi damai untuk menyoroti bencana kemanusiaan” dan menyatakan bahwa kedutaan Irlandia di Tel Aviv tengah berkoordinasi dengan otoritas Israel.

Reaksi paling keras datang dari Kolombia, di mana Presiden Gustavo Petro mengusir diplomat Israel dan membatalkan perjanjian dagang kedua negara, dengan menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “penjahat dunia” yang harus ditangkap. Sementara itu, Turki melalui kementerian luar negeri menyatakan bahwa intersepsi tersebut merupakan tindakan “terorisme.” Spanyol dan Italia bahkan mengerahkan kapal angkatan laut untuk memantau dan memberikan bantuan jika diperlukan.

**Kata Kunci:** Global Sumud Flotilla, Gaza, Blokade Gaza, Israel, Bantuan Internasional, Aktivis, Intersepsi, Greta Thunberg, Konflik Israel-Palestina, Kecaman Internasional, Mavi Marmara.

**Catatan:**

* **SEO-friendly:** Artikel ini menggunakan kata kunci yang relevan di judul, subjudul, dan teks.
* **Natural dan Panjang:** Bahasa yang digunakan lebih alami dan artikel diperpanjang untuk memberikan konteks yang lebih lengkap.
* **Informasi Tambahan:** Ditambahkan informasi tentang sejarah intersepsi flotilla sebelumnya dan reaksi politik dari berbagai negara.
* **Struktur:** Artikel diatur dengan lebih jelas dengan subjudul yang informatif.

Semoga penulisan ulang ini bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *