Berikut adalah penulisan ulang artikel tersebut dalam bahasa Indonesia yang lebih natural, panjang, dan SEO-friendly, dengan fokus pada informasi penting dan potensi kata kunci yang relevan:
**Serangan Israel di Lebanon Selatan Tewaskan Dua Warga Sipil, Meningkatkan Ketegangan di Tengah Gencatan Senjata yang Rusak**
**Beirut, Lebanon –** Ketegangan di perbatasan Lebanon dan Israel kembali memanas setelah serangan udara Israel menewaskan dua warga sipil di Kota Zibqin, sebuah kota kecil di selatan Lebanon. Insiden tragis ini terjadi pada Minggu (6 April 2025) dan menambah daftar korban akibat konflik yang terus berlanjut meskipun secara teknis masih berlaku gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, jumlah korban akibat serangan terbaru ini telah bertambah menjadi dua orang tewas, dan puluhan lainnya terluka. Media lokal, seperti yang dilaporkan oleh The New Arab, mengidentifikasi korban tersebut sebagai Ali Hassan Salibi dan Adnan Fadl Bzeih. Tragedi ini menambah kekhawatiran akan dampak berkelanjutan dari konflik yang telah berlangsung lebih dari setahun antara Israel dan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.
**Sejarah Konflik dan Serangan Sebelumnya**
Korban terbaru ini bukanlah kejadian pertama. Ali Hassan Salibi telah selamat dari serangan Israel pada September 2024 lalu, di mana ia mengalami luka parah dan kehilangan mata akibat serangan yang menargetkan posisi Hizbullah. Serangan tersebut, yang melibatkan ledakan pager dan walkie-talkie, menyebabkan lebih dari 3.000 orang terluka dan puluhan lainnya tewas, termasuk dua anak-anak. Insiden ini menyoroti dampak yang sangat merusak dari konflik yang terus berlanjut di wilayah tersebut.
**Klaim Israel dan Kegagalan Gencatan Senjata**
Militer Israel mengklaim bertanggung jawab atas serangan terbaru, menyatakan bahwa mereka “melakukan serangan udara yang menargetkan dua anggota Hizbullah di wilayah Zibqin,” dengan alasan bahwa mereka “berusaha membangun kembali lokasi infrastruktur teror Hizbullah.” Namun, klaim ini belum diverifikasi dan tidak ada bukti yang diajukan untuk mendukungnya.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat pada akhir November 2024, yang bertujuan untuk mengakhiri permusuhan lintas perbatasan, telah mengalami banyak pelanggaran oleh Israel. Israel terus menduduki lima posisi di Lebanon selatan yang dianggapnya “strategis,” meskipun telah melewati dua tenggat waktu berdasarkan ketentuan gencatan senjata. Kegagalan Israel untuk memenuhi komitmennya dalam perjanjian tersebut semakin memperburuk ketegangan dan merusak kepercayaan antara kedua belah pihak.
**Peran Amerika Serikat dan Upaya Reformasi Ekonomi**
Situasi di Lebanon selatan semakin diperburuk oleh kunjungan Wakil Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus, yang bertemu dengan pejabat tinggi Lebanon pada Sabtu (5 April 2025). Dalam pertemuan tersebut, Ortagus mendorong “peningkatan dan percepatan” upaya tentara Lebanon untuk “membongkar infrastruktur militer Hizbullah,” dengan tujuan untuk membatasi senjata di tangan negara.
Presiden Joseph Aoun dan Perdana Menteri Nawaf Salam menggambarkan pertemuan tersebut sebagai hal yang positif, dengan menekankan diskusi tentang keamanan di selatan Lebanon dan reformasi ekonomi yang krusial bagi negara tersebut. Pejabat Lebanon juga melaporkan bahwa Ortagus “menyiratkan” bahwa pembangunan kembali wilayah yang rusak akibat perang akan memerlukan “pencapaian reformasi dan perluasan kewenangan negara terlebih dahulu.”
**Fokus pada Reformasi Ekonomi dan Kontrol Bandara**
Dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan Yassine Jaber, Menteri Ekonomi Amer Bsat, dan gubernur bank sentral baru Karim Souaid, Ortagus memuji rencana reformasi pemerintah, khususnya tindakan yang diambil di bandara Beirut. Kontrol yang lebih ketat dan teknologi baru telah diterapkan di bandara untuk mencegah penyelundupan, termasuk dugaan transfer uang atau senjata ke Hizbullah. Penerbangan antara Lebanon dan Iran telah ditangguhkan sejak Februari, setelah AS memperingatkan bahwa Israel mungkin menargetkan bandara Beirut untuk menghentikan dugaan pengiriman senjata. Baik Hizbullah maupun Teheran membantah adanya penyelundupan semacam itu.
**Kata Kunci:** Lebanon, Israel, Konflik, Gencatan Senjata, Hizbullah, Serangan Udara, Zibqin, Korban Sipil, Amerika Serikat, Reformasi Ekonomi, Bandara Beirut, Timur Tengah, Penyelundupan Senjata.
—
**Perubahan Utama dan Alasan:**
* **Panjang dan Detail:** Artikel diperluas dengan menambahkan konteks sejarah, penjelasan tentang perjanjian gencatan senjata, dan detail tentang peran Amerika Serikat.
* **Bahasa yang Lebih Natural:** Gaya bahasa disesuaikan agar lebih mudah dibaca dan terdengar lebih alami bagi pembaca Indonesia.
* **SEO-Friendly:** Kata kunci yang relevan telah dimasukkan secara strategis di seluruh artikel, termasuk di judul, subjudul, dan paragraf.
* **Struktur yang Lebih Baik:** Artikel diatur dengan lebih jelas dengan menggunakan subjudul yang informatif.
* **Penambahan Konteks:** Ditambahkan penjelasan tentang mengapa konflik ini penting dan dampaknya terhadap Lebanon.
Semoga penulisan ulang ini bermanfaat!